Hari spesial ini di khususkan untuk kaum wanita. Namun yang menjadi pertanyaan bagaimana awalnya 13 Oktober diperingati sebagai No Bra Day. Pada tanggal 13 Oktober semua wanita diminta untuk tidak menggunakan Bra sehari penuh. Namun sepertinya di Eropa No Bra Day atau hari Tanpa Bra tidak hanya berlaku setiap tanggal 13 oktober saja, tidak menggunakan Bra itu adalah salah satu Style atau gaya berpakaian
Di Situs sekelas Wikipedia pun tidak ada keterangan mengenai hari yang paling unik ini, dimana setiap wanita tidak menggunakan bra selama sehari penuh. Kegiatan ini dilakukan sebagai solidaritas bagi pengidap penyakit kanker payudara. Belum ada keterangan yang pasti mengenai sejarah dari No Bra Day, bahkan sebagian sumber menyebutkan bahwa No Bra Day diperingati setiap tanggal 9 juli, karena tanggal 13 oktober merupakan Bra Day atau hari bra.
Perayaan unik ini mengusung semangat positive badai gengs yaitu mengajak warga dunia untuk peduli terhadap ancaman kanker payudara. Di Indonesia sendiri, jumlah penderita telah mencapai angka 61 ribu orang. Banyak akun pengguna media sosial di sejumlah negara di dunia yang menyertakan tanda pagar #nobraday. Sejumlah artis bahkan ikut-ikutan meramaikan kampanye "No Bra Day" di akun media sosial mereka. Kampanye tersebut cukup mengundang kontroversial karena mendorong wanita untuk sehari tidak menggunakan bra.
Oktober sendiri memang merupakan bulan kesadaran kanker payudara. Yang menjadi pertanyaan, tidak diketahui pasti siapa yang pertama kali mencetuskan ide "No Bra Day". Meskipun asal-usul Nasional No Bra Day tidak jelas, kampanye ini telah berjalan setidaknya sejak 2011, dengan pesan meningkatkan kesadaran akan pentingnya skrining kanker payudara," tulis situs awarenessdays.co.uk
Sementara itu, seperti dikutip dari Mirror.co.uk, ada yang menyebut kampanye "No Bra Day" juga menjadi wujud dukungan masyarakat terhadap pasien kanker payudara. Namun, Cancer Research UK juga mengaku tidak tahu banyak mengenai asal usul "No Bra Day". Tidak diketahui pasti apakah kampanye "No Bra Day" dilakukan oleh yayasan kanker atau komunitas peduli kanker.
Beberapa pengguna akun media sosial bahkan meragukan kampanye "No Bra Day" adalah bentuk dukungan untuk kanker payudara. Saat dihubungi Kompas.com, Ketua Komisi Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Prof. DR dr Soehartati Gondhowiardjo SpRad (K) Onk, juga mengaku tak mengetahui adanya kampanye "No Bra Day" untuk meningkatkan kesadaran kanker payudara.
“No Bra Day” di Indonesia
Tagar #NoBraDay terlihat memuncaki Tren Twitter Indonesia. Tren ini memang terus berulang setiap tahun, tepatnya pada 13 Oktober. Perkaranya, #NoBraDay kerap disambut kicauan-kicauan saru. Jauh dari kata senonoh. Kesan beberapa tweeps menunggu momen #NoBraDay, demi menyaksikan para perempuan memamerkan foto tanpa bra.
“No Bra Day adalah bentuk propaganda pengrusakan moral yang dihembuskan untuk merusak generasi kita,”tutup salah seorang dosen di Stikes Panrita Husada Bulukumba. Beliau turut mengajak umat islam khususnya kaum muslimah untuk tidak ikut dengan peringatan ini. “Islam adalah agama rahmat, yang mengedepankan akhlak dan etika. Keberadaan 13 oktober sebagai No Bra Day yang diperingati orang tertentu adalah bentuk penistaan nilai kemanusiaan dan keagamaan,”tegasnya.
Lebih jauh beliau mengatakan jika manusia sebagai makhluk terhormat dan tidak mau disebut binatang. Maka jangan adopsi atau ikut-ikutan memperingati Hari yang tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai Islam serta budaya Indonesia. Hari Tanpa Bra tak lebih hari yang menjerumuskan generasi muda, khususnya wanita agar memperlihatkan auratnya. Tinggalkan hari yang tidak penting itu. Sementara islam melalui Alquran dalam surah Al Ahzab sudah memerintahkan wanita muslimah agar menutup auratnya dengan hijab.
Hubungan Memakai Bra dengan Risiko Kangker Payudara
"No Bra Day" atau Hari Tanpa Bra yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai kanker payudara. Namun, bukan berarti kampanye tersebut bermaksud mengaitkan antara pemakaian bra dengan kanker payudara.
Isu penggunaan bra dapat meningkatkan risiko kanker payudara memang ramai dibicarakan sejak tahun 1955 setelah tulisan dalam buku Dressed to Kill. Dalam buku itu disebutkan, penggunaan bra dinilai dapat menekan sistem kelenjar getah bening dan menjebak "racun" sehingga membuat payudara bengkak.
Namun, dugaan tersebut dibantah oleh para ahli. Hingga saat ini, tidak ada penelitian yang membuktikan pengaruh penggunaan bra terhadap kanker payudara. Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Cancer Epidemiology, Biomarkers and Prevention disebutkan bahwa tidak ditemukan peningkatan risiko kanker payudara dengan penggunaan bra pada wanita pasca-menopause. Menurut peneliti di Public Health Sciences Division at Fred Hutchinson Cancer Research Center, Lu Chen, MPH, lamanya pemakaian bra dan penggunaan bra berkawat juga tidak berkaitan dengan risiko kesehatan, apalagi kanker payudara.
Mitos dan Fakta Kanker Payudara
Banyaknya mitos yang beredar, menyebabkan banyak orang salah beranggapan tentang kanker payudara. Misalnya, banyak mengkonsumsi kafein atau penggunaan mammograms, dapat memicu kanker payudara. Berikut beberapa mitos yang sering beredar dan faktanya.
Mitos: Hanya wanita yang berlatar belakang keluarga pengidap kanker, yang dapat terkena kanker payudara.
Fakta : Sekitar 70% wanita penderita kanker payudara, justru tidak memiliki latar belakang tersebut. Namun, jika ada keluarga terdekat (misalnya ibu atau saudari) Anda yang mengidap kanker payudara, artinya resiko Anda terkena kanker payudara, meningkat.
Mitos : Mengenakan bra berkawat dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara.
Fakta : Teori bahwa penggunaan bra berkawat dapat memampatkan saluran limfatik, menjadikan racun menumpuk sehingga menyebabkan kanker, telah dibantah. Karena, penggunaan bra atau jenis pakaian dalam lainnya tidak memicu terjadinya kanker.
Mitos: Wanita dengan payudara kecil, beresiko lebih kecil terkena kanker payudara.
Fakta: Ukuran payudara tidak mempengaruhi kanker payudara, hanya saja, ukuran payudara yang besar, menjadikan kanker lebih sulit untuk dideteksi.
Mitos: Kanker selalu berawal dengan adanya benjolan.
Fakta : Selain benjolan, gejala awal kanker payudara adalah pembengkakan, iritasi, puting menjadi kemerahan atau bersisik. Kanker payudara juga dapat menyebar hingga ke bagian ketiak.
Mitos : Sering mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan kanker.
Fakta : Tidak ada hubungan antara mengkonsumsi kafein dan kanker .
Mitos : Wanita yang kelebihan berat badan, memiliki tingkat resiko yang sama dengan wanita yang memiliki berat badan normal.
Fakta : Penderita obesitas memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker payudara, terutama setelah memasuki masa menopause.
Mitos : Pemeriksaan rutin dengan mammograms dapat meningkatkan resiko kanker payudara akibat radiasinya.
Fakta : Memang benar, bahwa mammograms menggunakan radiasi, tapi, jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan manfaat dari tes tersebut. Mammograms dapat mendeteksi adanya benjolan jauh lebih dulu sebelum Anda merasakan adanya masalah di payudara Anda.
Disarankan untuk melakukan screening mammogram setiap satu atau dua tahun sekali, terutama setelah memasuki usia empat puluh tahun.
0 komentar:
Posting Komentar